Tugas II Bahasa Indonesia
Kamis, 27 September 2012 by Septi Arnita in


Bahasa sebagai Alat Pencari Kerja

Bahasa pada dasarnya merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam kehidupan manusia di muka bumi ini. Tanpa adanya bahasa, kita sebagai manusia tidak akan mungkin dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Dengan bahasa pula kita dapat dengan mudah mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, misalnya pada saat ingin membeli suatu barang, diperlukan bahasa untuk tawar menawar antara pembeli dan penjual.

Selain itu, bahasa juga merupakan komponen penting dalam mendapatkan pekerjaan, mengenal suatu budaya, berwisata, berbisnis dan lain sebagainya. Tanpa adanya bahasa, orang lain tidak akan mengerti kemampuan kita, tidak akan mengerti apa yang kita inginkan.

Pada era globalisasi saat ini, untuk mendapatkan suatu perkerjaan tidaklah mudah. Sangat banyak pesaing-pesaing dari dalam maupun luar negeri yang juga ingin mendapatkan pekerjaan. Contohnya di Indonesia ini, dengan sedikitnya lapangan kerja yang ada dan dengan banyaknya calon pekerja, tidak dapat dihindari bahwa akan terjadi persaingan dan juga seleksi yang sangat ketat.

Untuk keluar dari masalah seleksi dan persaingan di atas, tentunya calon pekerja haruslah mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh pesaingnya. Kemampuan atau skill, sikap kerja sama yang baik, tutur kata yang baik juga dapat mempengaruhi penilaian perusahaan terhadap calon pekerja.

Di Indonesia ini, bahasa seringkali disepelekan. Penggunaan bahasa seseorang sangatlah mencerminkan perilaku orang tersebut. Dalam hal mencari pekerjaan, orang yang menggunakan bahasa sehari-hari atau sering dikatakan bahasa gaul, akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Terlebih saat tes wawancara, kata-kata yang digunakan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh bagian personalia haruslah bahasa yang sopan dan sesuai dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Seandainya seseorang telah lulus tes wawancara, bahasa dan tutur kata yang baik pun tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Saat berhadapan dengan teman kantor, mungkin saja bahasa sehari-hari atau bahasa gaul dapat digunakan. Namun tidak saat bertemu dengan klien atau mitra kerja. Tutur kata yang baik dan sopan sangat diperlukan. Dapat dikatakan, bahasa seorang karyawan perusaahan mewakili bagaimana kesuksesan perusaahan tersebut dalam menjalin kerja sama dengan perusahaan lain.

Bahasa identik dengan menghormati orang lain. Apabila kita bertutur kata dan berbahasa dengan baik, maka orang lain pun akan memperlakukan kita dengan baik dan sopan. Begitu juga sebaliknya.

Selain Bahasa Indonesia, dalam mencari pekerjaan juga terdapat syarat yang untuk saat ini sudah dapat dikatakan wajar, bahkan diwajibkan. Lancar dalam berbahasa asing yaitu Bahasa Inggris baik lisan maupun tertulis sangatlah diperlukan dalam mendapatkan suatu pekerjaan. Seseorang yang hanya memiliki kemampuan berbahasa Indonesia, mungkin saja tidak akan berkembang jenjang karirnya. Hal ini merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Saat ini, terutama di Indonesia, telah banyak perusahaan asing yang membangun cabang atau anak perusahaannya. Ini juga menjadi salah satu dasar mengapa Bahasa Inggris menjadi syarat wajib untuk calon pekerja.

Dengan banyaknya perusaahan asing yang ada di Indonesia, ini juga mempengaruhi tingkat kemajuan berbahasa Inggris di Indonesia. Seandainya seseorang yang tidak bisa berbahasa Inggris, sedangkan ia bekerja di perusahaan asing, dapat kita bayangkan bagaimana sulitnya ia dalam berkomunikasi dengan warga perusahaan tersebut terutama atasan atau pimpinan yang biasanya orang asing.

Untuk itu, bahasa memanglah sangat diperlukan dalam mencari pekerjaan. Baik saat dalam usaha mencari pekerjaan ataupun dalam menjalankan pekerjaan. Bahasa tidak terbatas hanya Bahasa Indonesia saja, semakin banyak seseorang menguasai berbagai bahasa, maka semakin besar pula peluang orang tersebut dalam mendapatkan pekerjaan.

Nama : Septi Arnita                                                                        
NPM    : 16110450
Kelas : 3KA24


Tugas Bahasa Indonesia
by Septi Arnita in


Sinopsis Novel "Tuhan, Izinkan Aku Jadi Pelacur"

Karya : Muhidin M Dahlan

Novel ini mengisahkan tentang seorang muslimah yang pada awalnya taat beragama, yang menutupi auratnya dengan jubah dan jilbab yang lebar, yang berkeinginan untuk menjadi seorang muslimah yang beragama secara kiffah, seketika berubah menjadi perempuan liar yang tak dapat dikendalikan.

Kecintaannya terhadap agama membuatnya ingin menegakan agama sesuai dengan syariat Islam. Nidah Kirani, nama muslimah yang taat beragama itu memiliki seorang teman diskusi yang selalu dapat menjawab pertanyaannya dengan ayat-ayat dan hadits-hadits yang sebenarnya ‘diputarbalikan’. Sayangnya Kiran tidak menyadari bahwa jawaban teman diskusinya hanyalah untuk membenarkan tujuan dari organisasi tempat temannya bergabung.

Ia mulai tertarik untuk ikut bergabung dalam organisasi garis keras yang diikuti oleh temannya. Organisasi yang para jemaahnya memiliki keinginan yang sama yaitu mendirikan negara Islam di Indonesia. Setelah sekian lama ia bergabung dalam organisasi tersebut, Kiran mulai menemui kejanggalan. Ia tidak menemukan adanya kemajuan dalam organisasinya, yang ia temui adalah sistem yang tidak transparan. Sistem yang penuh kebohongan dan kepalsuan.

Ia merasa kecewa karena Tuhan tidak memberikan balasan yang setimpal atas apa yang telah ia lakukan selama ini. Usahanya untuk menegakkan agama dibalas dengan kekecewaan yang membuat ia berpaling dari Allah.

Kiran mulai masuk dalam dunia kegelapan. Ia mulai tidak percaya dengan Allah. Ia melampiaskan kekecewaannya dengan melakukan hal-hal yang seharusnya tidak ia lakukan, ia melakukan free sex atau sex bebas. Dengan modal kecantikan dan keindahan tubuhnya, Kiran dapat menggoda iman pria-pria yang juga merupakan aktivis Islam. Hingga pada akhirnya Kiran pun menjual dirinya. Menjadi seorang pelacur lebih menguntungkan baginya daripada ia melakukan sex bebas dengan teman-teman kampusnya.

Setelah banyak pria ia goda dari mahasiswa hingga dosen, salah satu dosennya pun menjadi perantara untuknya agar ia mendapatkan uang dari pria-pria yang ingin bercinta dengannya. Kiran tidak hanya berhubungan dengan pria biasa, bahkan anggota DPRD yang merupakan fraksi dari partai penegak syariat Islam pun telah merasakan tubuhnya.

Kiran benar-benar sudah tidak menyembah Allah seperti dulu, ia telah menyembah iblis, bahkan ia berani menantang Allah. Ia ingin Allah melihatnya, “Aku hanya ingin Tuhan melihatku. Lihat aku Tuhan! Kan ku tuntaskan pemberontakanku pada-Mu!”. Kiran berontak, Kiran kecewa dengan balasan yang Allah berikan untuknya. Ia tak pernah merasa menyesal atas perbuatan yang iya lakukan mulai dari free sex sampai mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Ia telah merasa puas karena telah membuka topeng sosok munafik para aktivis Islam maupun non Islam yang telah menidurinya. Ia berhasil menguak sosok para aktivis yang selalu bersikukuh menegakan moralitas. Kini dimata Kiran, mereka adalah orang-orang munafik.

Nama : Septi Arnita
NPM : 16110450
Kelas : 3KA24