Tugas Teori Organisasi Umum II
Jumat, 23 Desember 2011 by Septi Arnita in

PENDAHULUAN

Dalam suatu organisasi terdapat beberapa jenjang jabatan yang jabatan tertinggi dipegang oleh seorang pemimpin. Namun seorang pemimpin bukan berarti ia memiliki jiwa kepemimpinan. Jiwa kepimpinan inilah yang sangat penting bagi seorang pemimpin.

Pemimpin yang ada di jaman sekarang ini, kebanyakan tidak memiliki jiwa kepemimpinan. Mental mereka adalah mental yang mudah goyah dengan faktor-faktor duniawi seperti kekayaan, jabatan, dan lain sebagainya. Untuk itu, dalam jaman yang modern ini, sangatlah dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan. Agar dalam menjalankan tugasnya ia tidak menghiraukan imbalan apapun, melainkan hanya menjalankan tugas dan mendapat kepercayaan serta dukungan dari rakyat serta bawahannya.

TOERI

A. Teori Timbulnya Kepemimpinan

Di antara berbagai teori yang menjelaskan sebab-sebab timbulnya kepemimpinan terdapat tiga teori yang menonjol, yaitu :
1.    Teori Keturunan (Heriditary Theory)
2.    Teori Kejiwaan (Psychological Theory)
3.    Teori Lingkungan (Ecological Theory)

Masing – masing teori dapat dikemukakan secara singkat :
1.    Teori Keturunan
Inti daripada teori ini, ialah :
a.     Leaders are born not made.
b.    Seorang pemimpin menjadi pemimpin karena bakat – bakat yang dimiliki sejak dalam Kandungan.
c.     Seorang pemimpin lahir karena memamng ditakdirkan. Dalam situasi apapun tetap muncul menjadi pemimpin karena bakat-bakatnya.

2.    Teori Kejiwaan.
a.     Leaders are made and not born.
b.    Merupakan kebalikan atau lawan dari teori keturunan.
c.     Setiap orang bias menjadi pemimpin melalui proses pendidikan dan pengalaman yang cukup.

3. Teori Ekologis
a.     Timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teori social.
b.    Seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang pemimpin, apabila pada waktu akhir telah memiliki bakat, dan bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan pengalaman.
c.     Teori ini memanfaatkan segi-segi positif teori genetis dan teori social.
d.    Teori yang mendekati kebenaran.

B. Teori Kepemimpinan Berdasarkan Sifat

Di tinjau dari segi sejarah, pemimpin atau kepemimpinan lahir sejak nenek moyang, sejak terjadinya hubungan kerjasama atau usaha bersama antara manusia yang satu dengan dengan manusia yang lain untuk menjapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Jadi kepemimpinan lahir bersama – sama timbulnya peradaban manusia.

1. Machiavelli
Ia terkenal tentang nasehatnya mengenai kebijaksanaan yang harus dimiliki oleh seorang Perdana Mentri, yaitu antara lain harus mempunyai keahlian dalam :
a.   Upacara – upacara ritual, kebaktian keagamaan
b.   Peratuaran dan perundang – undangan
c.   Pemindahan dan pengangkutan
d.   Pemberian honorium/pembayaran dan kepangkatan
e.   Upacara – upacara dan adat kebiasaan.
f.    Pemindahan pegawai untuk menhindarkan kegagalan
g.   Bertani dan pekerjaan lainnya.

2.  Empuh Prapanca
Dengan bukunya yang terkenal Negara Kertagama menyebut 15 sifat yang baik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu:
a.   Wijana, sikap bijaksana
b.   Mantri wira, sebagai pembela negara sejati
c.   Wicaksaning naya, bijaksana dalam arti melihat masa lalu, kemampuan analisa, mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.
d.   Matanggwan, mendapat kepercayaan yang tinggi dari yang dipimpinnya.
e.   Satya bakti haprabu, setia dan bakati kepada atasan (loyalitas).
f.    Wakjana, pandai berpidato dan berdiplomasi.
g.   Sajjawopasama, tidak sombong, rendah hati, manusiawi.
h.   Dhirrottsaha, bersifat rajin sungguh- sungguh kreatif dan penuh inisiatif.
i.    Tan-lalana, bersifat gembira, periang.
j.    Disyacitra, Jujur terbuka.
k.   Tancatrisan, tidak egoistis.
l.    Masihi Samastha Bhuwana, bersifat penyayang, cinta alam.
m. Ginong Pratidina, tekun menegakkan kebenaran.
n.   Sumantri, sebagai abdi negara yang baik.
o.   Ansyaken musuh, mampuh memusnakan setiap lawan.

3.    Ajaran Hasta Brata.
Hasta Bhrata (delapan pedoman pilihan) yang terdapat dalam kitab Ramayana berisi sifat - sifat positif sebagai pedoman bagi setiap pemimpin adalah :
a.     Sifat matahari (surya) Yaitu:
- Menerangi dunia dan memberi kehidupan pada semua mahluk.
- Menjadi penerang selurah rakyat.
- Jujur dan rajin bekerja sehingga negara aman dan sentosa.
      b.   Sifat bulan (candra) yaitu:
- Memberi penerangan terhadap rakyat yang sedang dalam kegelapan (kesulitan).
- Menerangkan perasaan dan melindungi rakyat sehingga terasa tentram untuk  menjalankan tugas masing- masing.
     c. Sifat Bintang (kartika) yaitu:
- Menjadi pusat pandangan sumber susila dan budaya, dan menjadi suri tauladan
d. Sifat Awan yaitu :
- Dapat menciptakan kewibawaan
- Tindakan mendorong agar rakyat tetap taat.
e. Sifat Bumi yaitu:
- Ucapanya sederhana.
- Teguh, dan kokoh pendiriannya.
f. Sifat Samudera,yaitu:
- mempunyai pandangan yang luas
- membuat rakyat seia sekata.
g. Sifat Api (Agni) yaitu:
- Menghukum siapa saja yang bersalah tanpa pandang bulu.
h. Sifat Angin (Bayu) yaitu :
- terbuka dan tidak ragu – ragu terhadap semua masalah.
- Bersikap adil terhadap siapa pun.

4. The Traits and abilities Theory yang dikemukakan oleh stogdill dengan menekan pada kwalitas individu dan terdapat relevansi yang erat antara sifat dan kepemimpinan (capacity, status, participation, responsibility,achievement).

C. Teori Kepemimpinan Berdasarkan Tingkah Laku

Dengan memusatkan pada ciri-ciri dan gaya yang dimiliki oleh setiap pemimpin yang bersangkutan, mereka yakin akan berhasil dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Sehingga gaya dan ciri-ciri tersebut akan menimbulkan berbagai tipe.

Ada beberapa tipe kepemimpinan.

1. Tipe Otoriter

Tipe ini mempunyai sifat-sifat:
a.     Semua kebijaksanaan ditentukan oleh pemimpin
b.    Organisasi dianggap milik pribadi pemimpin
c.     Segala tugas dan pelaksanaannya ditentukan oleh pemimpin .
d.    Kurang ada partisipasi dari bawahan .
e.    Tidak menerima kritik, saran dan pendapat bawahan .


2. Tipe Demokratis
a.     Semua kebijaksanaan dan keputusan dilakukan sebagai hasil diskusi dan musyawarah
b.    Kebijaksanaan yang akan dating ditentukan melalui musyawarah dan diskusi.
c.     Anggota kelompok, bebas bekerjasama dengan anggota yang lain, dan berbagai tugas diserahkan kepada kelompok .
d.    Kritik dan pujian bersifat objektif dan berdasarkan fakta-fakta .
e.    Pemimpin ikut berpartisipasi dalam kegiatan sebagai anggota biasa .
f.      Mengutamakan kerjasama .

3. Tipe Semuanya
a.     Kebebasan diberikan sepenuhnya kepada kelompok atau perseorangan di dalam pengambilan kebijaksanaan maupun keputusan .
b.    Pemimpin tidak terlibat dalam musyawarah kerja .
c.     Kerjasama antara anggota tanpa campur tangan pemimpin .
d.    Tidak ada kritik, pujian atau usaha mengatur kegiatan pemimpin .

Disamping ketiga gaya kepemimpinan diatas Sondang P.Siagian, MPA.,Ph.D. mengemukakan tipe pemimpin yang lain, ialah:

4.    Tipe Militeristis
a.     Lebih sering mempergunakan perintah terhadap bawahan .
b.    Perintah terhadap bawahan sangat tergantung pada pangkat dan jabatan .
c.     Menyenangi hal-hal yang bersifat formal .
d.    Sukar menerima kritik .
e.    Menggemari berbagai upacara .

5.    Tipe Paternalistik
a.     Bersikap melindungi bawahan .
b.    Bawahan dianggap manusia yang belum dewasa .
c.     Jarang ada kesempatan pada bawahan untuk mengambil inisiatif .
d.    Bersikap maha tahu .

6.    Tipe Karismatis
a.      Mempunyai daya tarik yang besar, oleh karenanya mempunyai pengikut yang besar .
b.      Daya tarik yang besar tersebut kemungkinan disebabkan adanya kekuatan gaib (supernature) .

Disamping teori yang telah dikemukakan diatas, ada teori lain yang Dikemukakan oleh W.J. Reddin dalam artikelnya yang berjudul “What Kind of Manager”.
Ada tiga pola dasar yang dapat dipakai untuk menentukan watak atau tipe seorang pemimpin. Ketiga pola dasar tersebut :
1.    Berorientasi tugas (task orientation).
2.    Berorientasi pada hubungan kerja (Relationship orientation).
3.    Berorientasi pada hasil (effectiveness orientation).

Berdasarkan sedikit banyaknya orientasi atau penekanan ketiga hal diatas pada diri seorang pemimpin akan dapat ditentukan delapan tipe pemimpin masing-masing ialah:
1. Deserter
2. Bureaucrat
3. Missionary 
4. Developer 
5. Autocrat
6. Benevolent autocrat
7. Compromiser
8. Executive

Leadership: Teori Kepemimpinan

Kreiner menyatakan bahwa leadership adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sekarela berpartisipasi guna mencapai tujuan organisasi.

Sedangkan Hersey menambahkan bahwa leadership adalah usaha untuk mempengaruhi individual lain atau kelompok. Seorang pemimpin harus memadukan unsur kekuatan diri, wewenang yang dimiliki, ciri kepribadian dan kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi perilaku orang lain.

1. Genetic Theory

Pemimpin adalah dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dari orang tuanya.

2. Traits theory

Teori ini menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada karakter pemimpinnya. Sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik, dan kemampuan sosial. Karakter yang harus dimiliki seseorang manurut judith R. Gordon mencakup kemampuan istimewa dalam:
- Kemampuan Intelektual
- Kematangan Pribadi
- Pendidikan
- Statuts Sosial Ekonomi
- Human Relation
- Motivasi Intrinsik
- Dorongan untuk maju

Ronggowarsito menyebutkan seorang pemimpin harus memiliki astabrata, yakni delapan sifat unggul yang dikaitkan dengan sifat alam seperti tanah, api, angin, angkasa, bulan, matahari, bintang.

3. Behavioral Theory

Karena ketyerbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui trait, para peneliti mulai mengembangkan pemikiran untuk meneliti perilaku pemimpin sebagai cara untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Konsepnya beralih dari siapa yang memiliki memimpin ke bagaimana perilaku seorang untuk memimpin secara efektif.
a.    Authoritarian, Democratic & Laissez Faire
Penelitian ini dilakukan oleh Lewin, White & Lippit pada tahun 1930 an. Mereka mengemukakan 3 tipe perilaku pemimpin, yaitu authoritarian yang menerapkan kepemimpinan otoriter, democratic yang mengikut sertakan bawahannya dan Laissez - Faire yang menyerahkan kekuasaannya pada bawahannya.

b.    Continuum of Leadership behavior.
Robert Tannenbaum dan Warren H Schmidt memperkenalkan continnum of leadership yang menjelaskan pembagian kekuasaan pemimpin dan bawahannya. Continuum membagi 7 daerah mulai dari otoriter sd laissez - faire dengan titik dengan demokratis.

c. Teori Employee Oriented and Task Oriented Leadership - Leadership style matrix.
                       Konsep ini membahas dua orientasi kepemimpinan yaitu
- Kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan dimana perilaku pemimpinnya dalam penyelesaiannya tugasnya memberikan tugas, mengatur pelaksanaan, mengawasi dan mengevaluasi kinerja bawahan sebagai hasil pelaksanaan tugas.
- Kepemimpinan yang berorientasi pada pegawai akan ditandai dengan perilaku pemimpinnya yang memandang penting hubungan baik dan manusiawi dengan bawahannya.

Pembahasan model ini dikembangkan oleh ahli psikologi industri dari Ohio State University dan Universitas of Michigan. Kelompok Ohio mengungkapkan dua dimensi kepemimpinan, yaitu initiating structure yang berorientasi pada tugas dan consideration yang berorientasi pada manusia. Sedangkan kelompok Michigan memakai istilah job-centered dan employee-centered.

          d. The Managerial Grid
Teori ini diperkenalkan oleh Robert R.Blake dan Jane Srygley Mouton dengan melakukan adaptasi dan pengembangan data penelitian kelompok Ohio dan Michigan.

Blake & Mouton mengembangkan matriks yang memfokuskan pada penggambaran lima gaya kepemimpinan sesuai denan lokasinya.

Dari teori-teori diatas dapatlah disimpulkan bahwa behavioral theory memiliki karakteristik antara lain:
- Kepemimpinan memiliki paling tidak dua dimensi yang lebih kompleks   dibanding teori pendahulunya yaitu genetik dan trait.
- Gaya kepemimpinan lebih fleksibel; pemimpin dapat mengganti atau memodifikasi orientasi tugas atau pada manusianya sesuai kebutuhan.
- Gaya kepemimpinan tidak gifted tetapi dapat dipelajari
- Tidak ada satupun gaya yang paling benar, efektivitas kepemimpinan tergantung pada kebutuhan dan situasi


Situational Leadership

Pengembangan teori ini merupakan penyempurnaan dari kelemahan-kelemahan teori yang ada sebelumnya. Dasarnya adalah teori contingensi dimana pemimpin efektif akan melakukan diagnose situasi, memilih gaya kepemimpinan yang efektif dan menerapkan secara tepat.

Empat dimensi situasi secara dinamis akan memberikan pengaruh terhadap kepemimpinan seseorang.
- Kemampuan manajerial
kemampuan ini meliputi kemampuan sosial, pengalaman, motivasi dan penelitian terhadap reward yang disediakan oleh perusahaan.
- Karakteristik pekerjaan
tugas yang penuh tantangan akan membuat seseorang lebih bersemangat, tingkat kerjasama kelompok berpengaruh efektivitas pemimpinnya.
- Karakteristik organisas
budaya organisasi, kebijakan, birokrasi merupakan faktor yang berpengaruh pada efektivitas pemimpinnya.
- Karakteristik pekerja
kepribadian, kebutuhan, ketrampilan, pengalaman bawahan akan berpengaruh pada gaya memimpinnya.

1.    Fiedler Contingency model
         Model ini menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif tergantung pada situasi yang dihadapi dan perubahan gaya bukan merupakan suatu hal yang sulit.
Fiedler memperkenalkan tiga variabel yaitu:
         - task structure
                   keadaan tugas yang dihadapi apakah structured task atau unstructured task
- leader-member relationship
         hubungan antara pimpinan dengan bawahan, apakah kuat (saling percaya, saling menghargai) atau lemah.
          - Position power
         ukuran aktual seorang pemimpin, ada beberapa power yaitu:
a.    legitimate power : adanya kekuatan legal pemimpin
b.    reward power : kekuatan yang berasal imbalan yang diberikan pimpinan
c.    coercive power : kekuatan pemimpin dalam memberikan ancaman
d.    expert power : kekuatan yang muncul karena keahlian pemimpinnya
e.    referent power : kekuatan yang muncul karena bawahan menyukai pemimpinnya
f.     information power : pemimpin mempunyai informasi yang lebih dari bawahannya.

2.    Model kepemimpinan situasional 'Life Cycle'
Harsey & Blanchard mengembangkan model kepemimpinan situasional efektif dengan memadukan tingkat kematangan anak buah dengan pola perilaku yang dimiliki pimpinannya.

Ada 4 tingkat kematangan bawahan, yaitu:
- M 1 : bawahan tidak mampu dan tidak mau atau tidak ada keyakinan
- M 2 : bawahan tidak mampu tetapi memiliki kemauan dan keyakinan bahwa ia bisa
- M 3 : bawahan mampu tetapi tidak mempunyai kemauan dan tidak yakin
- M 4 : bawahan mampu dan memiliki kemauan dan keyakinan untuk menyelesaikan tugas.


Ada 4 gaya yang efektif untuk diterapkan yaitu:
- Gaya 1 : telling, pemimpin memberi instruksi dan mengawasi pelaksanaan tugas dan kinerja anak buahnya.
- Gaya 2 : selling, pemimpin menjelaskan keputusannya dan membuka kesempatan untuk bertanya bila kurang jelas.
- Gaya 3 : participating, pemimpin memberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide sebagai dasar pengambilan keputusan.
- Gaya 4 : delegating, pemimpin melimpahkan keputusan dan pelaksanaan tugas kepada bawahannya.

Transformational Leadership

Robert house menyampaikan teorinya bahwa kepemimpinan yang efektif menggunakan dominasi, memiliki keyakinan diri, mempengaruhi dan menampilkan moralitas tinggi untuk meningkatkan karismatiknya. Dengan kharismanya pemimpin transformational akan menantang bawahannya untuk melahirkan karya istimewa.

Langkah yang dilaksanakan pemimpin ini biasanya membicarakan dengan pengikutnya bagaimana pentingnya kinerja mereka, bagaimana bangga dan yakinnya mereka sebagai anggota kelompok, bagaimana istimewanya kelompok yang akan menghasilkan karya luar biasa.

Beberapa contoh pemimpin transformational Lee Lacoca, Jack Welch


PEMBAHASAN

Dalam mencari pemimpin, khususnya pemimpin untuk negara Indonesia ini, sangatlah penting menyeleksi calon-calon pemimpin dengan ciri-ciri kepemimpinan yang telah dibahas di atas. Hal ini ditujukan agar kelak negara maupun organisasi yang dipimpinnya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan serta tidak  dicoreng dengan istilah, korupsi, kolusi dan nepotisme. Hal ini juga perlu ditanamkan pada generasi-generasi penerus yang nantinya akan menggantikan pemimpin yang ada sekarang ini.


Sumber :