Tugas Teori Organisasi Umum I
Senin, 07 November 2011 by Septi Arnita in

KONFLIK INTRA KELOMPOK

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial tentunya memerlukan orang lain untuk dapat bertahan hidup. Atau mungkin dalam penerapan hidup, manusia memiliki cita-cita dan tujuan yang sama satu dengan yang lainnya. Atau Di dalam suatu daerah terdapat kelompok yang sama adat dan budayanya, yang dinamakan dengan suku. Dari dasar ini, terbentuklah sebuah kelompok kecil maupun besar yang melandasi adanya interaksi antar anggota kelompok tersebut.
Dari kelompok-kelompok yang ada, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap kelompok memiliki perbedaan cara pandang antara anggota satu dengan anggota lainnya. Hal ini sangatlah wajar, namun dapat menjadi bencana apabila tidak diselesaikan dengan baik.

TEORI
Konflik berasal dari bahasa Latin configure (kata kerja) yang artinya saling memukul.  Dapat diartikan bahwa konflik merupakan suatu proses sosial antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak berusaha untuk menyingkirkan pihak lainnya dengan cara membuatnya hancur.
Penyebab konflik pada umumnya yaitu perbedaan pandangan antar individu satu dengan yang lainnya saat sedang melakukan interaksi. Perbedaan tersebut diantaranya menyangkut perbedaan ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Konflik merupakan sesuatu yang wajar dalam suatu interaksi antar individu ataupun kelompok dalam hidup bermasyarakat.

DEFINISI KONFLIK
1.       Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977)
Konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2.       Gibson, et al (1997: 437)
Hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing-masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri-sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.

3.       Robbin (1996)
Keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataa.

4.       Muchlas (1999)
Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi. Konflik ini terutama pada tingkatan individuan yang sangat dekat hubungannya dengan stress.

5.       Minnery (1985)
Konflik oraganisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling bergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.

6.       Robbins (1993)
Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negative.

7.       Pace & Faules (1994: 249)
Konflik merupakan ekspresi pertikaian antar individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alas an. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat dan dialami.

8.       Folger & Poole (1984)
Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi.

9.       Myers (1982: 2343-237); Kreps (1986: 185); Stewart(1993: 341)
Konflik senantiasa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alkokasi sumber-sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat.

10.   Devito (1995: 381)
Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda.

11.   Dalimunthe (2003)
Konflik merupakan perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih

12.   Winardi (2004)
Konflik merupakan sebuah situasi, dimana dua orang atau lebih menginginkan tujuan-tujuan yang menurut persepsi mereka dapat dicapai olah salah seorang diantara mereka, tetapi hal itu tidak mungkin dicapai oleh kedua belah pihak.

13.   Robbins (2008)
Konflik adalah sebuah proses yang dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi lain telah mempengaruhi secara negative, sesuatu yang menjadi kepedulian atau kepentingan pihak pertama.

JENIS-JENIS KONFLIK
1.       Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi)
2.       Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga atau gank)
3.       Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi dengan massa)
4.       Konflik antar satuan nasional (kampanye , perang saudara)
5.       Konflik antar atau tidak antar Negara
6.       Konflik antar politik

SUDUT PANDANG KONFLIK
1.       Pandangan tradisional, bahwa konflik merupakan sesuatu yang diinginkan namun berbahaya bagi kehidupan organisasi.
2.       Pandangan perilaku, konflik merupakan suatu kejadian yang bias terjadi dalam kehidupan organisasi ataupun mamsyarakat yang bias bermanfaat dan bias pula merugikan.
3.       Pandangan interaksi, konflik merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat terhindarkan dan sangat diperlukan bagi pimpinan organisasi.

PEMBAHASAN
Dalam suatu kelompok ataupun organisasi, konflik merupakan hal yang sangatlah wajar. Perbedaan cara pandang, visi dan misilah yang terkadang sering menjadi penyebab konflik. Ababila tidak diselesaikan dengan baik, dapat saja suatu kelompok tersebut rapuh kekuatannya, dan akhirnya dibubarkan.  Berikut ini merupakan beberapa penyebab konflik perorangan yang sering terjadi pada suatu kelompok :

FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
1.       Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
2.       Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
3.       Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
4.       Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Apabila terdapat suatu konflik yang berkepanjangan dan tak kunjung ditemui solusi dari konflik tersebut, hal terburuk yang mungkin terjadi yaitu bubarnya suatu kelompok atau organisasi.  Selain bubarnya kelompok, terdapat pula akibat-akibat lain yang akan timbul dari konflik yang tidak terselesaikan dalam suatu kelompok atau organisasi, antara lain :

AKIBAT KONFLIK
1.       Meningkatkan solidaritas sesame anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain
2.       Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai
3.       Perubahan kepribadian pada individu, missal dendam, benci, saling curiga
4.       Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia
5.       Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik
Untuk menghindari dibubarkannya suatu kelompok, sangatlah diperlukan suatu proses musyawarah hingga mediasi antara pihak-pihak yang memiliki konflik (anggota yang memiliki konflik). Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan dewan dari kelompok tersebut, ataupun dengan pihak luar yang lebih adil. Karena apabila pihak ketiga diambil dari kelompok itu sendiri, mungkin terjadi pilih kasih (memihak pada satu orang).

STRATEGI MENGATASI KONFLIK :
1.       Cara produktif
a.       Withdrawal (penarikan)
Yaitu menunggu sambil berusaha memahami situasi, setelah kira-kira mampu dan yakin dapat behasil menghadapi konflik, baru melangkah untuk mengatasinya.

b.      Assertif (tegas)
Yaitu berusaha mengatasi secara tegas dan dengan cara yang baik, serta  berusaha membina hubungan yang baik dengan  pihak lain ditandai dengan adanya kemauan baik untuk salaing mengerti dan memahami alas an, pertimbangan dan kepentingan pihak lain.

c.       Adjusting (menyesuaikan)
Yaitu berusaha menyesuaikan diri dengan pihak lain.

2.       Cara tidak produktif
a.       Avoidance (penghindaran)
Yaitu menghindar dari konflik yang ada.

b.      Force (kekuatan, paksaan)
Yaitu menggunakan kekuatan fisik, ancaman, terror dan paksaan.

c.       Mengabaikan konflik karena menganggap konflik tersebut tidaklah penting.

d.      Blame (menyalahkan)
Yaitu menyalahkan orang lain karena sumber konflik tidak jelas.

e.      Silencers (peredam)
Yaitu bersikap supaya orang lain diam dengan cara menangis, menggunakan kata-kata sarkasme yang menyinggung masalah pribadi.

CARA MENYELESAIKAN KONFLIK
1.       Majority rule
Keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak dalam voting.

2.       Conciliation
Mempertemukan pihak-puhak yang bertikai untuk membuat kesepakatan bersama.

3.       Stalemate
Berhenti pada titik tertentu karena kekuatan seimbang.

4.       Elimination
Pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

5.       Arbitrasi
Mengundang pihak ketiga yang memberikan keputusan. Keputusan yang mengikat pihak yang memiliki konflik.

6.       Mediasi
Mengundang pihak kletiga sebagai pemberi nasihat.

KESIMPULAN
Untuk menyelesaikan suatu konflik, diperlukan kesabaran dam pikiran yang jernih agar pihak yang bermasalah dalam kelompok tersebut tidak menimbulkan atau menyebarkan konflik yang lebih besar lagi yang mungkin dapat berpengaruh pada keutuhan kelompok yang diikutinya. Untuk itu diperlukan pihak ketiga yang tidak memihak (netral). Pihak ketiga ini bisa saja pimpinan atau dewan dari kelompok tersebut. Namun dalam suatu kelompok, biasa terjadi suatu pemihakan yang tentu berimbas pada ketidakadilan. Yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan. Tentu saja hal yang sangat merugikan bagi pihak yang memiliki konflik dan juga keutuhan dari kelompok tersebut.Untuk itu dipelukan suatu musyawarah dan mediasi yang sangatlah netral (adil) untuk dapet menyelesaikan konflik antar anggota kelompok tertentu. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya pengunduran diri salah satu anggota, ataupun lebih. Dan yang lebih fatal yaitu pembubaran kelompok itu sendiri karena banyaknya konflik yang tidak terselesaikan di dalamnya.

Sumber :

Nama : Septi Arnita
Kelas  : 2KA24
Npm   : 16110450